Perubahan Iklim di Indonesia
Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari
posisi, maupun keberadaanya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang
spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim
yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim
tropica (iklim panas), dan iklim laut.
1. Iklim Musim
(Iklim Muson)
Iklim jenis ini sangat
dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode
tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan.
Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson
Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat
bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa
musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April
hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah
Indonesia mengalami musim kering/kemarau.
2. Iklim
Tropis/Tropika (Iklim Panas)
Wilayah yang berada di
sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang
bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis,
sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis.
Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang
mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.
3. Iklim Laut
Indonesia yang merupakan
negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan
penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang
tinggi.
Edvin Aldrian (2003), membagi Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga) daerah iklim, yaitu daerah Selatan A, daerah Utara – Barat B dan daerah Moluccan C, sebagai mana dituangkan pada gambar 1.
Gambar 1 : Tiga daerah iklim menggunakan metoda
korelasi ganda, yang membagi Indonesia menjadi daerah A (garis tegas),
daerah monsun selatan; daerah B (titik garis putus-putus), daerah
semi-monsun; dan daerah C (garis putus-putus), daerah anti monsun.
Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang dilintasi oleh garis Khatulistiwa, sehingga dalam setahun matahari melintasi ekuator sebanyak dua kali. Matahari tepat berada di ekuator setiap tanggal 23 Maret dan 22 September. Sekitar April-September, matahari berada di utara ekuator dan pada Oktober-Maret matahari berada di selatan. Pergeseran posisi matahari setiap tahunnya menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada saat matahari berada di utara ekuator, sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau, sedangkan saat matahari ada di selatan, sebagaian besar wilayah Indonesia mengalami musim penghujan.
Unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama. Diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal. Pola hujan tersebut dapat diuraikan berdasarkan pola masing-masing. Distribusi hujan bulanan dengan pola monsun adalah adanya satu kali hujan minimum. Hujan minimum terjadi saat monsun timur sedangkan saat monsun barat terjadi hujan yang berlimpah. Monsun timur terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus yaitu saat matahari berada di garis balik utara. Oleh karena matahari berada di garis balik utara maka udara di atas benua Asia mengalami pemanasan yang intensif sehingga Asia mengalami tekanan rendah. Berkebalikan dengan kondisi tersebut di belahan selatan tidak mengalami pemanasan intensif sehingga udara di atas benua Australia mengalami tekanan tinggi. Akibat perbedaan tekanan di kedua benua tersebut maka angin bertiup dari tekanan tinggi (Australia) ke tekanan rendah (Asia) yaitu udara bergerak di atas laut yang jaraknya pendek sehingga uap air yang dibawanyapun sedikit.
Dapat diamati
bahwa hujan maksimum terjadi antara bulan Desember, Januari dan
Februari. Pada kondisi ini matahari berada di garis balik selatan
sehingga udara di atas Australia mengalami tekanan rendah sedangkan di
Asia mengalami tekanan tinggi. Akibat dari hal ini udara bergerak di
atas laut dengan jarak yang cukup jauh sehingga arus udara mampu membawa
uap air yang banyak (monsun barat atau barat laut). Akibat dari hal ini
wilayah yang dilalui oleh munson barat akan mengalami hujan yang
tinggi. Atas dasar sebab terjadinya angin munson barat ataupun timur
yang mempengaruhi terbentuknya pola hujan munsonal di beberapa wilayah
Indonesia dapat dikatakan wilayah yang terkena relatif tetap selama
posisi pergeseran semu matahari juga tetap. Namun, perubahan
diperkirakan akan terjadi terhadap jumlah, intensitas dan durasi
hujannya. Untuk mempelajari hal ini diperlukan data curah hujan dalam
seri yang panjang. Kaimuddin (2000) dengan analisa spasial bahwa curah
hujan rata-rata tahunan kebanyakan di daerah selatan adalah berkurang
atau menurun sedangkan dibagian Utara adalah bertambah.
Iklim di
Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata
tahunan telah meningkat sekiitar 0,3 oC sejak 1900 dengan suhu tahun
1990an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998
merupakan tahun terhangat, hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-1990.
Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu.
Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah
Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama
perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun.
Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh
kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El
Nino terakhir dalam tahun 1082/1983, 1986/1987 dan 1997/1998.
Dari rata-rata bulanan terdapat tren kenaikan di lokasi
Jakarta dari tahun 1900 hingga tahun 2000 antara observasi dan model
(gambar 3). Dengan pengertian cenderung mengalami kenaikan 8% (CGCM) dan
2% (CSIRO). Periode 1900-2000 nampak jelas terjadi kenaikan temperatur,
hal ini ditunjukkan dengan tren perubahan bertanda positif.
Hasil yang berbeda pada perubahan musim atas Indonesia yang diungkapkan oleh dua model yang berbeda, Hadcm3 (Hadley Pusat Iklim, UK) dan GISS-ER (Goddard Institut untuk Space/ Studies, NASA- AS) (Wenhong Li, 2006 dalam Canadell et al., 2006) gambar 4. Dari hasil Syahbuddin dkk (2007) dengan menggunakan model ARPEGE (Action de Recherche Petite Echelle Grande Echelle) Climat versi 3.0. berdasarkan simulasi zonasi curah hujan untuk periode 1950-1979 dan periode 2010-2039. diperkirakan akan terjadi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia pada tahun 2010-2039 yang ditandai dengan anomali positif zona konveksi dan peningkatan temperatur seperti yang tercantum pada gambar 5 dibawah ini.